Senin, April 28, 2008

Dua Kejadian di Pagi Hari

Jam 08.30 WIB, badan ini sudah stand by di Plumpang, berencana ke Headquarter di Anggrek Neli Murni. Nggak lama, datanglah P65 AC Tj. Priok-Blok M... Lumayan lah pagi-pagi dapat bis AC kosong. Nanti bisa turun di Polda Metro Jaya, lalu melanjutkan lagi dengan Patas P6. Naiklah, duduk dan membayar ongkos... Rp. 4.000,-. Singkat cerita, bis melaju kencang di Tol dan akhirnya keluar di Penas.

Apes... bis dipepet mobil patroli Ditlantas Polisi dan didepan ada mobil derek. Setelah bis berhenti, naik seorang petugas bernama Pak Supono. "Maaf para penumpang, dimohon untuk turun karena bis yang ada tumpangi tidak aman sebab tidak memiliki kelengkapan surat-surat. Mohon pengertiannya" Katanya lantang. Banyak penumpang yang kebingungan, sebagian lagi baru terbangun dari tidurnya. Beberapa mulai gusar, memaki dan menghardik. Tapi, perlahan semua turun. Duh... Saya juga turun.

Masalah selesai? Tidak! Semua penumpang berebut mengejar kondektur untuk minta pengembalian ongkos. Ikhlas nggak ikhlas, rela nggak rela akhirnya kondektur pun mengembalikan 50% dari ongkos, Rp. 2.000,- saudara-saudara... Ya, sudahlah! Untung, tak lama kemudian lewat bis P89, jurusan sama tapi non AC. Dan, sayangnya, saya nggak dapat duduk, semua penuh terisi, full teng!

Tapi, ternyata ada hiburan. Ceritanya, didepan saya ada seorang pria (maaf, mirip Kiwil Sembako) yang kedua tangannya diangkat keatas, berpegangan ke langit-langit. Di sebelahnya ada ibu-ibu dengan dandanan norak yang nggak tenang, gelisah. Mungkin dampak gelisah, atau iseng nggak karuan, si ibu bicara "Pak! Tangannya diturunkan satu dong, jangan naik dua-duanya". Si Bapak bertanya "Memang kenapa, bu? Saya kan berpegangan, takut jatuh". Si Ibu nggak kalah sewot "BAU, TAHU!". Duh... Saya langsung mesem-mesem.

Si Bapak dengan sangat terpaksa menurunkan tangannya. Saya tetap terus mengamati kedua orang itu. Nggak lama, si Bapak, mungkin karena penasaran, mencium sendiri ketiaknya yang kanan dan langsung bicara "Ah, Ibu bisa saja! Wong wangi koq...". Si Ibu cuek acuh tak acuh. Detik demi detik berlalu, tiba-tiba si Ibu menguap. Si Bapak tersenyum dan berkata "Bu, mulutnya jangan dibuka lebar-lebar, BAU, TAHU!".

Duh... Hati saya langsung meledak mau tertawa tapi mulut hanya bisa tersenyum. Ada-ada saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mesin Pencari Kata

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails