Senin, Juli 07, 2008

Bandung Episode I: Blind Resto – Ciwalk

Alkisah, Sabtu, 5 Juli berangkatlah Primajasa dari Cililitan menembus padatnya Tol Cipularang. Setelah cukup lama mogok, akhirnya bis meneruskan perjalanan, walaupun didalamnya sudah seperti Sauna, hangat dan mendorong saya sendiri untuk berkeringat cukup deras karena AC mati. Sementara, si Tembem di sebelah saya asyik tidur bersandar di bahu.

Sesampainya di Leuwi Panjang, menikmati sejenak sejuknya Bandung lalu mampir ke Dunkin Donuts untuk minum Milo. Segar!!! Kemudian lanjut naik DAMRI ke Ledeng. Agak terlewat sedikit, lalu pindah naik Angkot dan akhirnya tiba di Cihampelas Walk (Ciwalk) dengan selamat. Lapaaar... Perut dah mulai keroncongan neh, eh Dangdutan ding! Wakakakakak. Tapi, first thing first lah... Kebelet neh mau ke WC.

Setelah buang hajat dan mampir sebentar ke ATM, mata langsung hunting barang untuk memperkaya koleksi, kartu bridge atawa kartu remi. Tahu apa? Dapat sekaligus 7 kartu mini. Agak mahal seh, Rp. 20.000,- per item, tapi gapapa lah, diskon pula 20%. Lapaaar... Yaw dah, langsung ke tujuan sejak semula: Blind Resto.

Masuk deh ke kafe mungil dan kami berdua pesan menu paket. Harganya Rp. 50.000,- pas pas pas, kita dapat lunch, minum dan hidangan penutup. Saya pilih Sirloin Steak dan Ayangku memilih Sosis besar bakar gitu deh, lupa namanya. Kami berdua minum Orange Juice dan memilih Banana Split sebagai dessertnya. Setelah menitip tas dan barang-barang lain yang bercahaya, seperti jam tangan dan ponsel, kami menuju tangga.

Di tangga telah siap seorang Usher tunanetra. Setelah diberi penjelasan, kami naik sambil saling pegang bahu. Setelah duduk, pertama-tama datanglah peralatan makan disusul minuman segar. Tak lama, pesanan kami pun disajikan. Disebutkan kalau di atas piring tersebut terhidang daging di bagian bawah, salad di bagian kiri atas dan french fries di bagian kanan atas. Dagingnya pun telah dipotong-potong sehingga memudahkan kami memakannya.

Awalnya agak canggung makan dalam gelap, tapi lama-kelamaan ada sensasi tersendiri. Makanannya menjadi lebih nikmat, karena indra perasa sedikit meningkat ketajamannya. Belum lagi, hati yang terus-terusan bersyukur karena diberi penglihatan yang sempurna, meskipun pakai kacamata. Tak terbayang jika rezeki sebesar ini dicabut oleh Allah SWT.

Kenyang! Tapi, untuk menghindari semakin berantakan dan belepotannya muka, maka kami memutuskan makan dessert di lantai bawah saja, dibawah terangnya dunia luar, wakakakakak. The end of the first episode... Tapi, tak lupa ayangku membeli beberapa kaos unik dari Gurita. Dia sendiri membeli kaos dengan tulisan "Aku Nggak Sipit Koq".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mesin Pencari Kata

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails