Jumat, Agustus 10, 2007

Iya Sih, Tapi...

Kamu pasti tahu dong tentang hal ini, ya kan? Seseorang memintamu membantunya menyelesaikan masalahnya. Lalu, tiap kali kamu ngasih masukan berharga, masukan itu akan lagi-lagi berbenturan dengan kalimat ini, "Iya sih, tapi..." Kamu pun mulai frustrasi. Terus frustrasi dan frustrasi. Kamu merasa kalah dan kelelahan. Dan akhirnya, menyerah. Capek ya? Capek deh!

Lain kali, jika kamu menghadapi orang tipe seperti ini, gunakan langkah-langkah berikut:

DENGARKAN
Dengarkanlah Ia dengan sopan. Nggak usah ngasih usul atau masukan dahulu. Dengarkan saja. Dan ingatlah, persoalannya bukan persoalan kamu. Tidak perlu larut atau terlibat dalam.

TEKANKAN
Afirmasikan bahwa persoalan yang dibeberkan adalah penting baginya. Katakan begini, "Kedengarannya serius banget."Gunakan kata "kedengarannya", bukan "kayaknya", atau "sepertinya", atau "kelihatannya". Ingat, kamu sedang mendengarkan, bukan merasakan atau melihat, atau lainnya.

GALI
Tanyakan padanya, "Apa yang sudah Kamu coba atau pikirkan tentang persoalan ini?" Dengan begini, kamu mengesampingkan berbagai usul dan masukan kamu. Kamu sedang membantunya memberdayakan diri.

KONFIRMASI
Tanyakan selanjutnya, "Gimana, berhasil nggak?" Dengan ini kamu ngajak Dia untuk memikirkan kembali tantangan yang dihadapinya. Banyak kejadian yang menunjukkan, bahwa cara ini bisa memberi solusi instan. Dan Dia, takkan lupa berterimakasih kepada kamu. Kamu nggak memberi masukan, tapi telah membantunya.

TAWARKAN
Di sinilah tempatnya, setelah semua yang di atas itu kamu lakukan, kamu baru bisa menawarkan sesuatu. "Ada yang bisa saya bantu?". Jawabannya, sering begini, "Nggak usah, makasih. Gue udah tahu harus bagaimana." Jika kamu diminta untuk sesuatu, kamu bisa memilih untuk menerima atau menolaknya. Sesuaikan saja dengan luasnya pemahaman kalian berdua tentang persoalan yang bersangkutan. Semoga sukses.

Langkah-langkah di atas akan sangat membantu dalam mencegah diri kamu, dari menjadi pahlawan yang mencoba menyelesaikan persoalan orang lain. Yang jatuhnya, kamu malah bukan membantunya. Kamu berdua malah bisa berantem nggak juntrungan. 'Caya deh.

Kondisi itu biasa terjadi, Jika Anda terlalu iba, terlalu meresapi atau terlalu 'bersemangat' membantunya. Semangat yang tidak tepat. Kamu memang temannya, tapi berhati-hatilah untuk tidak menjadi korban dari persoalan yang sama. Persoalan yang sebenarnya bukan persoalan Anda.

Dokter, bisa sangat tenang mengoperasi pasiennya. Tetapi, bagaimana jika pasien itu anak kandungnya sendiri? Apa yang terjadi jika dirinya sendirilah yang harus menorehkan pisau bedah, membongkar dan mengeluarkan jantung si buah hati? Tunggulah sampai teman kamu minta tolong. Tentu saja, kecuali jika kondisinya darurat, di mana ketidakterlibatanmu akan membahayakan dirinya. Ini bukan egois, tapi menjaga diri agar tetap rasional dan sehat jiwa, sehingga benar-benar bisa membantunya.

Dalam banyak hal, terlalu dini menawarkan solusi menciptakan kesan, bahwa permasalahan yang dihadapinya memang 'unsolvable'. Dan ini mendorongnya terjebak pada situasi menyerah dan tidak melakukan apa-apa. Bantulah orang lain, untuk menemukan kekuatannya. Tidak perlu larut ke dalam permasalahannya. Di situlah sisi kepahlawanan Anda yang sebenarnya.

(Disarikan dari materi Laurie Weiss, Ph.D.Pengarang "Dare To Say It!")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mesin Pencari Kata

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails